MAKASSARSATUSUARA.CO.ID-MAKASSAR -- Sempat diberitakan di media online, Kepala UPT SPF SMP Neg 7 Makassar, Muhammad Nasir, S.Pd, M.Pd melakukan pengeroyokan terhadap orang tua calon siswa dan oknum LSM bernama Erwin dan Arif, Senin (22/7/24) langsung dibantah sang Kepsek. Hal ini disampaikan langsung saat Kepsek tersebut memberikan penjelasan terkait kronologi yang sebenarnya terjadi pada saat insiden hari itu.
"Waktu itu saya berdiri di depan ruangan saya, sambil mengamati kelas dan anak-anak yang sementara bermain di lapangan. Tiba-tiba datanglah Erwin bersama Arif, langsung bertanya adakah temannya yang sudah datang temuiki, saya lantas katakan tidak ada sampai saat ini," ungkap Nasir kepada awak media, Senin (29/7/24).
Lanjut Nasir, Masih sementara berdiri, seketika Erwin menelpon di depan saya, dari pembicaraannya terdengar bahwa dia sudah berada di SMP 7 dan sudah bertemu dengan kepala sekolah.
"Setelah berhenti menelpon dia meminta saya untuk masuk ke ruangan karena katanya ada yang ingin disampaikan. Maka saya persilakan masuk dan saya ajak juga Arif untuk masuk," lanjut Nasir.
Selanjutnya menurut Kepala Sekolah Penggerak ini, saya persilakan mereka berdua masuk.
Sesampai di dalam ruangan, saya duduk dan saya persilakan mereka juga duduk. Selanjutnya Erwin meminta berkas ke Arif katanya ada ponakannya yang belum diterima masuk sekolah dan dia membuka berkasnya.
"Setelah saya lihat, saya katakan anak ini sudah diterima karena sudah memiliki formulir pendaftaran ulang siswa baru, tinggal dikembalikan. Silahkan kembalikan ke panitianya," katanya.
Namun menurut Erwin kata Nasir, Dia sampaikan katanya dipimpong-pimpong sama panitianya dan dimintai sumbangan. Jadi, saya jelaskan bagaimana bisa dipimpong sementara dia sudah memegang formulir pengisian data siswa baru. Ini tinggal diisi selanjutnya dikembalikan untuk pencatatan data dapodik.
"Yang tidak dilayani itu adalah anak yang tidak mendapatkan formulir pendaftaran ulang karena kuota terbatas. Tapi kalau sudah ada formulirnya maka tinggal dikembalikan karena data itu dibutuhkan untuk pencatatan dapodik," ucap Nasir lagi.
Iapun membeberkan, jika Erwin malah justru mengancam saya sambil menyebut bahwa ada banyak anak-anak masuk dengan membayar sejumlah uang. Saya katakan silakan bawa datanya, bawa orangnya, bawakan bukti kalau dia memberikan saya uang yang dimaksud.
"Saya memberikan penjelasan mungkin tiga kali, bahwa formulir yang dibawa tinggal dikembalikan kalau sudah diiisi karena dibutuhkan untuk pendataan. Namun dia semakin mencak-mencak di depan saya, di dalam ruangan saya sambil berdiri, dan juga menunjuk-nunjuk saya," beber Nasir.
Nasir melanjutkan, akhirnya dirinya mengajak untuk bertemu dengan panitianya, namun saat saya keluar, dia mendorong saya dengan sikunya di belakang pintu ruangan saya, namun saya tetap berupaya sabar.
"Setelah keluar dan mau masuk ke ruangan panitia yang dimaksud, kembali lagi dia menunjuk-menunjuk saya dan mendorong saya sehingga saya tahan tangannya, namun dia berteriak ke Arif. “vidioki… vidioki… vidioki," ucapnya lagi.
Kemudian lanjut Nasir, saya balik ke Arif, saya katakan tidak ada persetujuan video dan tidak pernah ada kesepakatan video di dalam lingkungan sekolah saya. Pada saat itu saya tahan tangannya Arif yang sementara mengambil handphone di saku bajunya bagian atas untuk tidak memvideo saya karena kita tidak pernah ada kesepakatan video.
"Pada saat itu, Erwin pun berteriak-teriak dan menyebut mau pulang untuk mendatangkan massa yang lebih banyak sambil mengancam security di sekolah. Meskipun saya tahan untuk menyelesaikan masalahnya tetapi tetap ngotot untuk pulang memanggil massa," terang sang Kepsek.
Selain itu Nasirpun mengungkapkan, jika dalam kejadian tersebut tidak ada sama sekali orang tua siswa yang dibawa.
"Jadi bohong itu kalau ada orang tua siswa pada saat kejadian hari itu," pungkasnya.
Setelah kejadian ini Kepala SMPN 7 Makassar ini berharap semoga persoalan ini dilakukan klarifikasi yang sebenarnya apa yang terjadi pada saat itu dan bisa diselesaikan.
(*)
Social Header